Sesungguhnya Iblis dikutuk karena kesombongannya. Dia dikeluarkan dari surga dan menjadi musuh bagi manusia. Al Qur’an menceritakan kisah ini dengan sangat baik dalam Surat Shaad ayat 75 – 78;
Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”.
Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”.
Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan”.
Itulah kisah Iblis yang sombong. Berhati-hatilah karena kita bisa disesatkannya dan mengikutinya. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda,
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat atom rasa sombong.”
Kemudian beliau bersabda,
“Sombong yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)
Sesungguhnya orang yang sombong adalah ahli neraka
Penghuni neraka ialah orang yang buruk perilaku dan akhlaknya dan orang yang berjalan dengan sombong, sombong terhadap orang lain, menumpuk harta kekayaan dan bersifat kikir. Adapun penghuni surga ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan. (HR. Al Hakim dan Ahmad)
Nabi saw. bersabda: Maukah kalian aku beritahu tentang ahli surga? Para sahabat berkata: Mau. Rasulullah saw. bersabda: Yaitu setiap orang yang lemah dan melemahkan diri, seandainya ia bersumpah demi Allah, pasti akan dilaksanakan. Kemudian beliau bertanya lagi: Inginkah kamu sekalian aku beritahukan tentang ahli neraka? Mereka menjawab: Mau. Beliau bersabda: Yaitu setiap orang yang kejam, bengis dan sombong. (Shahih Muslim No.5092)
Rasulullah saw. bersabda: Neraka dan surga saling berdebat, lalu neraka berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang suka menindas dan sombong. Surga berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang lemah dan miskin. Lalu Allah berfirman kepada neraka: Kamu adalah siksa-Ku, Aku menyiksa denganmu siapa yang Aku kehendaki. (Atau Allah berfirman: Aku menimpakan bencana denganmu kepada orang yang Aku kehendaki). Dan Allah berfirman kepada surga: Kamu adalah rahmat-Ku, Aku limpahkan rahmat berupa kamu kepada siapa yang Aku kehendaki. Dan masing-masing kamu memiliki penghuninya sampai penuh. (Shahih Muslim No.5081)
Sepertinya sederhana, namun rasa sombong bisa menghalangi seseorang dari jalan kebenaran. Itulah yang membuat perkara ini menjadi sangat penting. Karenanya, setiap muslim tidak boleh menolak kebenaran dan nasehat, sehingga menyerupai Iblis dan orang-orang kafir. Orang yang menolak kebenaran akan terjerumus ke dalam sifat sombong yang menghalanginya masuk surga. Orang yang menolak kebenaran juga tidak akan pernah maju dalam kehidupannya. Sebab, ia akan mengabaikan kebenaran dari Allah yang sejatinya untuk kebaikan dirinya sendiri.
Sebaliknya, salah satu perkara yang membuat kaum muslimin maju adalah meninggalkan mahkota kesombongan dan mau mengambil hikmah dan menerima kebenaran dari siapapun datangnya. Maka hikmah (kebijaksanaan) adalah harta orang mukmin yang hilang. Dari mana saja ditemukan, maka ia akan mengambil dan memungutnya.
Rasulullah bersabda,
“Kebijaksanaan adalah tongkat yang hilang bagi seorang mukmin. Dia harus mengambilnya dari siapa saja yang didengarnya, tidak peduli dari sumber mana datangnya.” (HR. Ibnu Hibban)
“Hikmah itu merupakan buruan umat mukmin. Di mana saja ia menemukannya, maka dia lebih berhak untuk mendapatkannya.” (HR Turmuzi dan Ibnu Majah)
Maka dari itu, kita wajib menerima kebenaran dari siapa saja, bahkan sampai-sampai dari setan sekalipun.
Disebutkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menjadikan Abu Hurairah sebagai penjaga Baitul Maal.
Suatu hari, datang seseorang untuk mencuri, tetapi Abu Hurairah segera mengetahui, sehingga menangkap basah pencuri tersebut. Pencuri itu lalu mengharap, menghiba dan mengadu kepada Abu Hurairah, bahwa ia orang yang amat lemah dan miskin. Abu Hurairah tak tega, sehingga melepas pencuri tersebut.
Tetapi pencuri itu kembali lagi melakukan aksinya pada kali kedua dan ketiga. Abu Hurairah kemudian menangkapnya, seraya mengancam, “Sungguh, aku akan mengadukan halmu kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam .”
Orang itu ketakutan dan berkata menghiba, “Biarkanlah aku, jangan adukan perkara ini kepada Rasulullah! Jika kau penuhi, sungguh aku akan mengajarimu suatu ayat dari Al-Qur’an, yang jika engkau membacanya, niscaya setan tak akan mendekatimu.” Abu Hurairah bertanya, “Ayat apakah itu?”
Ia menjawab, “Ia adalah ayat Kursi.” Lalu Abu Hurairah melepas kembali pencuri tersebut. Selanjutnya Abu Hurairah menceritakan kepada Rasulullah apa yang ia saksikan. Lalu Rasulullah bertanya padanya, “Tahukah kamu, siapakah orang yang berbicara tersebut? Sesungguhnya ia adalah setan. Ia berkata benar padahal dia adalah pendusta.” (HR. Al-Bukhari).
Jadi, mari kita tinggalkan kesombongan, jangan meremehkan manusia dan jangan menolak kebenaran! Senantiasalah menuntut ilmu dan mencari hikmah, baik belajar dari ahlinya, dari orang awam, dengan cara belajar sendiri (otodidak) maupun mengambil hikmah dari orang-orang kafir! Dan sebaik-baik menimba ilmu adalah dari ahlinya (ulama’).
Janganlah menjadi orang berilmu tapi sombong, yakni orang yang mempunyai ilmu tinggi, lalu menganggap orang lain bodoh, menghakimi mereka tidak diberi hikmah, lalu dia menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Dia menjadi bodoh karena tanpa dasar menyerukan bahwa ilmu, hikmah, petunjuk, dan keselamatan hanya ada pada kalangannya sendiri. Pernyataan itu tidak benar dan tidak adil. Manusia tidak berhak menentukan yang demikian sekalipun ilmunya tinggi. Sebab, dengan semakin mendalam ilmunya, manusia seharusnya semakin rendah hati. Sungguh, manusia tidak patut menentukan yang demikian, karena hal tersebut adalah kehendak (hak) Allah.
Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Al Baqarah 269)
Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al Mudatsir 31)
Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”.
Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”.
Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan”.
Itulah kisah Iblis yang sombong. Berhati-hatilah karena kita bisa disesatkannya dan mengikutinya. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda,
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat atom rasa sombong.”
Kemudian beliau bersabda,
“Sombong yaitu menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)
Sesungguhnya orang yang sombong adalah ahli neraka
Penghuni neraka ialah orang yang buruk perilaku dan akhlaknya dan orang yang berjalan dengan sombong, sombong terhadap orang lain, menumpuk harta kekayaan dan bersifat kikir. Adapun penghuni surga ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan. (HR. Al Hakim dan Ahmad)
Nabi saw. bersabda: Maukah kalian aku beritahu tentang ahli surga? Para sahabat berkata: Mau. Rasulullah saw. bersabda: Yaitu setiap orang yang lemah dan melemahkan diri, seandainya ia bersumpah demi Allah, pasti akan dilaksanakan. Kemudian beliau bertanya lagi: Inginkah kamu sekalian aku beritahukan tentang ahli neraka? Mereka menjawab: Mau. Beliau bersabda: Yaitu setiap orang yang kejam, bengis dan sombong. (Shahih Muslim No.5092)
Rasulullah saw. bersabda: Neraka dan surga saling berdebat, lalu neraka berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang suka menindas dan sombong. Surga berkata: Aku dimasuki oleh orang-orang yang lemah dan miskin. Lalu Allah berfirman kepada neraka: Kamu adalah siksa-Ku, Aku menyiksa denganmu siapa yang Aku kehendaki. (Atau Allah berfirman: Aku menimpakan bencana denganmu kepada orang yang Aku kehendaki). Dan Allah berfirman kepada surga: Kamu adalah rahmat-Ku, Aku limpahkan rahmat berupa kamu kepada siapa yang Aku kehendaki. Dan masing-masing kamu memiliki penghuninya sampai penuh. (Shahih Muslim No.5081)
Sepertinya sederhana, namun rasa sombong bisa menghalangi seseorang dari jalan kebenaran. Itulah yang membuat perkara ini menjadi sangat penting. Karenanya, setiap muslim tidak boleh menolak kebenaran dan nasehat, sehingga menyerupai Iblis dan orang-orang kafir. Orang yang menolak kebenaran akan terjerumus ke dalam sifat sombong yang menghalanginya masuk surga. Orang yang menolak kebenaran juga tidak akan pernah maju dalam kehidupannya. Sebab, ia akan mengabaikan kebenaran dari Allah yang sejatinya untuk kebaikan dirinya sendiri.
Sebaliknya, salah satu perkara yang membuat kaum muslimin maju adalah meninggalkan mahkota kesombongan dan mau mengambil hikmah dan menerima kebenaran dari siapapun datangnya. Maka hikmah (kebijaksanaan) adalah harta orang mukmin yang hilang. Dari mana saja ditemukan, maka ia akan mengambil dan memungutnya.
Rasulullah bersabda,
“Kebijaksanaan adalah tongkat yang hilang bagi seorang mukmin. Dia harus mengambilnya dari siapa saja yang didengarnya, tidak peduli dari sumber mana datangnya.” (HR. Ibnu Hibban)
“Hikmah itu merupakan buruan umat mukmin. Di mana saja ia menemukannya, maka dia lebih berhak untuk mendapatkannya.” (HR Turmuzi dan Ibnu Majah)
Maka dari itu, kita wajib menerima kebenaran dari siapa saja, bahkan sampai-sampai dari setan sekalipun.
Disebutkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menjadikan Abu Hurairah sebagai penjaga Baitul Maal.
Suatu hari, datang seseorang untuk mencuri, tetapi Abu Hurairah segera mengetahui, sehingga menangkap basah pencuri tersebut. Pencuri itu lalu mengharap, menghiba dan mengadu kepada Abu Hurairah, bahwa ia orang yang amat lemah dan miskin. Abu Hurairah tak tega, sehingga melepas pencuri tersebut.
Tetapi pencuri itu kembali lagi melakukan aksinya pada kali kedua dan ketiga. Abu Hurairah kemudian menangkapnya, seraya mengancam, “Sungguh, aku akan mengadukan halmu kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam .”
Orang itu ketakutan dan berkata menghiba, “Biarkanlah aku, jangan adukan perkara ini kepada Rasulullah! Jika kau penuhi, sungguh aku akan mengajarimu suatu ayat dari Al-Qur’an, yang jika engkau membacanya, niscaya setan tak akan mendekatimu.” Abu Hurairah bertanya, “Ayat apakah itu?”
Ia menjawab, “Ia adalah ayat Kursi.” Lalu Abu Hurairah melepas kembali pencuri tersebut. Selanjutnya Abu Hurairah menceritakan kepada Rasulullah apa yang ia saksikan. Lalu Rasulullah bertanya padanya, “Tahukah kamu, siapakah orang yang berbicara tersebut? Sesungguhnya ia adalah setan. Ia berkata benar padahal dia adalah pendusta.” (HR. Al-Bukhari).
Jadi, mari kita tinggalkan kesombongan, jangan meremehkan manusia dan jangan menolak kebenaran! Senantiasalah menuntut ilmu dan mencari hikmah, baik belajar dari ahlinya, dari orang awam, dengan cara belajar sendiri (otodidak) maupun mengambil hikmah dari orang-orang kafir! Dan sebaik-baik menimba ilmu adalah dari ahlinya (ulama’).
Janganlah menjadi orang berilmu tapi sombong, yakni orang yang mempunyai ilmu tinggi, lalu menganggap orang lain bodoh, menghakimi mereka tidak diberi hikmah, lalu dia menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Dia menjadi bodoh karena tanpa dasar menyerukan bahwa ilmu, hikmah, petunjuk, dan keselamatan hanya ada pada kalangannya sendiri. Pernyataan itu tidak benar dan tidak adil. Manusia tidak berhak menentukan yang demikian sekalipun ilmunya tinggi. Sebab, dengan semakin mendalam ilmunya, manusia seharusnya semakin rendah hati. Sungguh, manusia tidak patut menentukan yang demikian, karena hal tersebut adalah kehendak (hak) Allah.
Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Al Baqarah 269)
Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al Mudatsir 31)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan